Sabtu, 26 Februari 2011

Dharma Wacana Hari Nyepi Saka1933


MAKNA HARI RAYA NYEPI UNTUK UMAT HINDU


OM SUASTYATU

Yang Terhormat :

a.       Sang Sulinggih yang saya sucikan
b.      Pejabat Dirjen Bimas Hindu
c.       Ketua Parisada DKI Jakarta
d.      Umat Hindu Sedharma

Puji syukur mari kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya, sehingga  pada kesempatan yang baik ini, kita dapat sama-sama untuk melaksanakan sebuah yajna, yaitu dharma wacana untuk lebih meningkatkan sraddha dan bakti kita bersama.  Dalam dharma wacana ini yang mengambil judul “Makna Hari Raya Nyepi Untuk Umat Hindu, Saka 1933”

Umat sedharma yang saya hormati,
Hari Raya Nyepi adalah perayaan tahun baru saka Saka 1933 yang pada hari sabtu tanggal 5 Maret 2011, ini merupakan (iswakawarsa) yang jatuh pada penanggal apisan sasih Kadasa (Eka Sukla Paksa Waisak) sehari setelah Tilem Kesangan (Panca Dasi Krsna Paksa Caitra) pada saat ini umat hindu sepatutnya melestarikan tradisi, memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk penyucian buwana agung dan buwana alit (makro dan mikrokosmos) agar dapat mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin (jagadhita dan moksa), juga terbinanya kehidupan yang berlandaskan satyam (kebenaran), sivam (kesucian) sundaram (keharmonisan/keindahan)

Dengan mengutif :
Atharvaveda XII 1.1 yang menyatakan:

“satyam brhad rtam ugram diksa tapo brahma yajnah prthvim dharayanti
  sa no bhutasya bhavyasya patnyurum lokam prthivin nah krnotu”

Artinya :

Agama adalah Satya, Rta, Diksa, Tapa, Brahma dan Yajna semoga semua ini ia akan dapat memberikan tempat dan mengatur tempat hidup kita dulu, sekarang dan yang akan datang didunia ini.

Satya adalah kebenaran yang absolut. Rta adalah dharma atau perundang-undangan yang mengatur hidup manusia. Diksa adalah pensucian tapa adalah pengekangan, pengendalian atas hawa nafsu  Brahma adalah doa dan mantra-mantra dan yajna adalah pemujaan suci. Dan juga  merupakan aktualisasi nyata ajaran suci kita yaitu “Tri Hita Karana” dimana keseimbangan dan keharmonisan hubungan :  dengan Tuhan, Manusia , Alam beserta ciptaanNya. Adapun rangkaian tradisi yang dilakukan pada hari raya nyepi yang biasanya seperti :

1.      Melis/Mekiyis/Melasti
2.      Tawur (pecruan) Pengrupukan
3.      Pelaksanaan Nyepi
4.      Ngembak Geni


Melis/Mekiyis /Melasti

Adalah bertujuan untuk melebur segala kotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci ( angamet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau dan sumber/mata air yang disucikan. Bagi pura yang memiliki pratima atau pralingga seyogyanya  mengusungnya ke tempat petirtan yang dapat dilakukan beberapa hari sebelum tawur.

Tawur (pecaruan) Pangerupukan

Upacara tawur adalah bertujuan untuk menyucikan dan mengembalikan keseimbangan buwana agung dan buwana alit baik sekala maupun niskala. Upacara ini dilakukan pada sandikala (pagi, tengah hari, sore) Tilem caitra, sehari sebelum hari raya nyepi. Dengan ketentuan upakara atau sesajenya bisa disesuaika dengan desa, kala parta (daerah/tempat, waktu dan keadaan)

Pelaksanaan Nyepi

Pelaksanaan ini jatuh pada panglong 15 ( tilem kesanga ) hari ini kita umat hindu sama-sama melakukan “Catur Brata” penyepian  yaitu : amati geni (tidak menghidupkan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu), amati karya (tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan kegiatan menyucikan rohani), amati lelungan  (tidak bepergian melainkan melakukan mawas diri) dan amati lelanguan ( tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Sanghyang Widhi) dalam lontar “Sundasi gama” disebutkan Tiap orang berilmu (sang  wruhing tattwa jnana) melaksanakan brata (pengekangan hawa napsu, Yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita) dan samadi (menunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian batin.  

Pelaksanakan Catur Brata ini  dilakukan sejak sebelum matahari terbit (fajar menyingsing), sampai keesokan harinya yaitu matahari terbit kembali. Sebagai rasa syukur, dimana saat ini kita semuanya masih dapat melaksanakan rangkaian kebaikan karena setiap kesempatan haruslah digunakan dengan sebaik-baiknya, mengingat maut (mrtyu) datangnya bagaikan kedipan mata yang tidak tahu entah kapan datangnya.


Ngembak Geni

Rangkaian terakhir inilah merupakan memulainya kegiatan-kegiatan yang kita lakukan yang jatuh  pada tanggal “ping pisan (1) sasih kedasa (X) yang dapat diawali dengan saling mengunjungi saudara, keluarga besar dan juga para tetangga,  untuk saling maaf-memaafkan (ksama) satu sama lain. Dengan menyongsong suasana baru, dan kehidupan barupun akan siap dimulai dengan hati yang bersih.

Setelah berapa hari ngembak geni umat hindu melaksanakan Dharma Santi yaitu :

1.      Lingkungan keluarga
Dharma Santi dapat dilakukan berupa kunjung mengunjungi dalam keluarga dalam usaha menyampaikan ucapan selamat tahun baru dan terbinanya kerukunan,  perdamaian juga kebahagiaan semoga selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.


2.      Lingkungan Masyarakat
    Dharma Santi dengan lingkungan masyarakat hendaknya dilakukan dengan mengadakan persembahyangan bersama (doa bersama), Dharma wacana, Dharma gita (melantunkan lagu-lagu keagamaan seperti : kidung, kekawin, pembacaan sloka), Dharma tula (diskusi keagamaan),  Pentas Seni yang bernafaskan  ajaran-ajaran suci (sendratari Ramayana atau Mahabaratha dll) serta Punia kepada yang patut menerimanya.

Umat sedharma yang saya hormati,
            Demikianlah yang dapat saya sampaikan dalam darma wacana yang berjudul “Makna Hari Raya Nyepi Untuk Umat Hindu Tahun Saka 1933”  semoga ada manfaatnya, mohon maaf  jika ada tutur kata yang tidak berkenan, ini adalah keterbatasan dari saya pribadi, akan tetapi yang berkenan melaksanakan kebaikan di hati dalam pelaksanaan umat sedharma  adalah merupakan petunjuk dari Hyang Widhi .
Sekian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan baik ini dan di tutup dengan parama santih.
  
             Om santih santih santih Om



                                                                                                Jakarta, ……….
                                                                                                     
                                                                                                       I.B. Saduarsa   

1 komentar: