Jawaban
mata kuliah Menajemen Persuasi dan Negosiasi
IB.Saduarsa
Soal
no 1
Negosiasi adalah proses
kreatif, masing-masing pihak mencari kesepakatan terbaik untuk memenuhi
kebutuhannya. Uraikan maksud negosiasi tersebut menggunakan ilustrasi dua orang
yang sedang menginginkan jeruk yang hanya ada satu buah. Jelaskan bagaimana dua
orang itu berusaha memperoleh kebutuhannya? Apa saja kemungkinannya kalau tidak
ditemukan respon yang tepat?
Jawaban:
Yang dimaksud dengan
negosiasi sebagai proses kreatif, masing-masing pihak mencari kesepakatan
terbaik untuk memenuhi kebutuhannya adalah merupakan suatu kondisi dimana
adanya posisi tawar yang akan dilakukan berkaitan dengan masalah-masalah
keinginan sebagai suatu tujuan antara pihak satu dengan pihak lain, dalam hal
persoalan diatas yaitu dua orang yang sedang menginkan jeruk dimana jeruknya
hanya ada satu. Ini tentunya akan terjadi proses negosiasi.
Beberapa definisi menurut ahli dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Menurut ensklopedi bebas Wikipedia “Kata "negosiasi" adalah dari
ungkapan Latin, "negotiatus", partisip masa lalu negotiare yang
berarti "untuk menjalankan usaha". "Negotium" berarti
harfiah "tidak luang".”Negosiasi adalah dialog yang dimaksudkan
untuk menyelesaikan sengketa , untuk menghasilkan kesepakatan atas
program tindakan, untuk menawar individu atau keuntungan kolektif ,
atau hasil kerajinan untuk memenuhi berbagai kepentingan. Ini adalah
metode utama penyelesaian sengketa alternative” .
Menurut Rusly ZA Nasution :“negosiasi adalah suatu proses perundingan antara para pihak yang
berselisih atau berbeda pendapat tentang sesuatu permasalahan.”
Menurut Gary Godpaster: “Negosiasi adalah proses interaksi dan
komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia,
untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak “
Menurut
Fisher dan Urg : “Negosiasi adalah
komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua
belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda“
Menurut
Oxford Dictionary : “Negosiasi adalah
pembicaran dengan orang lain dengan maksud untuk mencapai kompromi atau
kesepakatan untuk mengatur atau mengemukakan.”
Menurut Friedrich–Naumann–Stiftung (www.kedai-kebebasan.org) : “Negosiasi
Suatu proses dimana sedikitnya dua orang (atau lebih) berusaha mencapai
sesuatu. Agar hal itu tercapai, kedua pihak harus menyepakati suatu cara
pemecahan. Namun, itu baru permulaan. Kedua pihak harus tetap bekerjasama
dalam pelaksanaan dari “kontrak” yang telah disepakati.”
Dengan demikian negosiasi diperlukan ketika kepentingan
seseorang atau suatu kelompok tergantung pada perbuatan orang atau kelompok
lain yang juga memiliki kepentingan-kepentingan tersebut harus dicapai dengan
jalan mengadakan kerjasama. Negosiasi adalah salah satu pendekatan yang paling
umum digunakan untuk membuat keputusan dan mengelola sengketa, untuk negosiasi
yang menghasilkan manfaat positif bagi semua pihak, negosiator harus menentukan
apa masalahnya dan apa yang masing-masing pihak inginkan. Dalam mendefinisikan
tujuan negosiasi, adalah penting untuk membedakan antara masalah, posisi,
kepentingan-kepentingan dan pilihan penyelesaian.
Adaya permasalahan pada kondisi
dimana dua orang menginginkan satu buah jeruk, maka terjadilah sebuah proses
negosiasi, tentunya ada tawar menawar sebagai dialog awal mengungkap
masing-masing keinginannya. Untuk memecahkan permasalah ini, kedua orang ini
harus mampu menjabarkan kebutuhan masing-masing pihak sehingga mampu dipahami
oleh masing-masing lawan negosiasi. Ketika kebutuhan masing-masing pihak adalah
sama, maka solusi yang terbaik adalah membelah satu buah jeruk tersebut menjadi
dua dimana masing-masing pihak mendapatkan bagian yang sama, dengan demikian
dapat diuraikan dan dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
Adanya tawar-menawar posisional adalah
strategi negosiasi di mana serangkaian posisi, alternatif solusi yang memenuhi
kepentingan-kepentingan tertentu atau kebutuhan, dipilih oleh seorang
negosiator, memerintahkan berurutan menurut hasil disukai dan disajikan kepada
pihak lain dalam upaya untuk mencapai kesepakatan. Posisi pertama atau
pembukaan menyatakan bahwa keuntungan maksimum diharapkan atau diharapkan dalam
negosiasi. Setiap posisi berikutnya tuntutan kurang dari lawan dan menghasilkan
manfaat yang lebih sedikit untuk orang advokasi itu.
Kesepakatan tercapai ketika posisi negosiator berkumpul dan
mereka mencapai berbagai penyelesaian yang dapat diterima, seperti rasa adil
dan puas tidak ada yang dirugikan. Ada banyak cara yang
berbeda untuk negosiasi segmen untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar
dari bagian penting. Salah satu pandangan negosiasi melibatkan tiga elemen
dasar: proses, perilaku dan substansi. Proses ini mengacu pada
bagaimana para pihak berunding: konteks negosiasi, pihak dalam negosiasi,
taktik yang digunakan oleh para pihak, dan urutan dan tahapan di mana semua ini
bermain keluar.
Masalah adalah masalah atau pertanyaan pihak-pihak tidak
setuju tentang. Masalah biasanya dapat dinyatakan sebagai masalah pada
persoalan ini adalah bagaimana caranya jeruk yang hanya ada satu sedangkan yang
menginginkan dua orang?, sementara dalam hal ini memungkinkan untuk terjadinya
sengketa akibat dari sama-sama mempertahankan keinginan untuk mendapatkan jeruk
itu. Masalah mungkin substantif
(berhubungan dengan keinginan), prosedural (mengenai cara sengketa ditangani),
atau psikologis (yang berkaitan dengan efek dari tindakan yang diusulkan).
Posisi adalah laporan oleh pihak tentang bagaimana suatu
masalah dapat atau harus ditangani atau diselesaikan, atau proposal untuk
solusi tertentu. Sebuah berbantah memilih posisi karena itu memenuhi
kepentingan tertentu atau memenuhi seperangkat kebutuhan. Kepentingan kebutuhan
spesifik, kondisi atau keuntungan bahwa partai harus memiliki bertemu di suatu
kesepakatan untuk itu harus dianggap memuaskan. Minat bisa merujuk ke konten,
pertimbangan prosedural tertentu atau untuk kebutuhan psikologis. Penyelesaian
Pilihan - kemungkinan solusi yang membahas kepentingan satu atau lebih partai.
Kehadiran pilihan menyiratkan bahwa ada lebih dari satu cara untuk memuaskan
kepentingan.
Kata integratif berarti
bergabung beberapa bagian menjadi keseluruhan. Secara konseptual, ini berarti
beberapa kerjasama, atau bergabung dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu
bersama-sama. Biasanya melibatkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dan
membentuk suatu hubungan. Kedua pihak ingin pergi merasa mereka telah mencapai
sesuatu yang memiliki nilai dengan mendapatkan apa yang masing-masing ingin.
Idealnya, itu adalah proses dua. Proses negosiasi integratif umumnya melibatkan
beberapa bentuk atau kombinasi dari membuat nilai konsesi nilai, dalam
hubungannya dengan pemecahan masalah secara kreatif.
Umumnya, bentuk
negosiasi adalah mencari jalan, mereka membentuk hubungan jangka panjang untuk
menciptakan keuntungan bersama. Hal ini sering digambarkan sebagai skenario
menang-menang. Jadi dalam hal ini tentu tidak ada pihak yang merasa dirugikan
akibat adanya negosiasi ini.
Soal no 2.
Buat rencana negosiasi yang baik
sehingga negosiator dapat memenangkan negosiasi. Kemukakan secara teorietis,
membuat rencana negosiasi yang baik dan efektif itu apa? Gunakan kasus nyata dalam
dunia politik untuk membuat ilustrasi soal nomoer 2 ini?
Ada beberapa tahapan dalam negosiasi
yaitu:
Tahap
pertama : Mengevaluasi dan Pilih
Strategi Panduan Pemecahan Masalah, yatiu : menilai berbagai pendekatan atau prosedur -
negosiasi, fasilitasi, mediasi, arbitrase, pengadilan, dll - tersedia untuk
pemecahan masalah, dan pilih pendekatan.
Tahap
kedua : Membuat Kontak dengan Pihak Lain atau Pihak, yaitu: Membuat kontak awal secara pribadi, melalui
telepon, atau melalui pos. Jelaskan keinginan Anda untuk bernegosiasi dan
mengkoordinasikan pendekatan. Membangun hubungan dan memperluas hubungan
Membangun kredibilitas pribadi atau organisasi.
Promosikan komitmen untuk prosedur. Mendidik dan mendapatkan masukan
dari pihak-pihak tentang proses yang akan digunakan.
Tahap ketiga:
Mengumpulkan dan Menganalisis Informasi Latar Belakang yaitu: Mengumpulkan dan
menganalisis data yang relevan tentang orang-orang, dinamika dan substansi yang
terlibat dalam masalah. Memverifikasi akurasi data. Minimalkan dampak dari data
yang tidak akurat atau tidak tersedia. Mengidentifikasi substantif semua pihak,
kepentingan prosedural dan psikologis.
Tahap keempat:
Desain Rencana Detil untuk Negosiasi yaitu: Mengidentifikasi strategi dan
taktik yang akan memungkinkan para pihak untuk bergerak ke arah
kesepakatan. Mengidentifikasi taktik
untuk merespon situasi khas isu-isu spesifik yang akan dinegosiasikan.
Tahap kelima:
Membangun Kepercayaan dan Kerjasama. Siapkan psikologis untuk berpartisipasi
dalam negosiasi tentang isu-isu substantif. Mengembangkan strategi untuk
menangani emosi yang kuat. Periksa persepsi dan meminimalkan efek
stereotip. Membangun pengakuan
legitimasi partai-partai dan isu-isu. Membangun kepercayaan. Memperjelas komunikasi.
Tahap keenam : Awal Sesi Negosiasi
yaitu: Memperkenalkan semua pihak. Bursa pernyataan yang menunjukkan kemauan
untuk mendengarkan, berbagi ide, menunjukkan keterbukaan untuk berpikir dan
menunjukkan keinginan untuk tawar-menawar dengan itikad baik. Menetapkan
pedoman untuk perilaku. Negara bersama harapan untuk negosiasi. Jelaskan
sejarah masalah dan menjelaskan mengapa ada kebutuhan untuk perubahan atau
perjanjian. Mengidentifikasi kepentingan dan / atau posisi.
Tahap tujuh: Menentukan Isu dan Set
Agenda, yaitu: Bersama-sama mengidentifikasi area topik yang luas yang menjadi
perhatian orang. Mengidentifikasi
isu-isu spesifik yang akan dibahas.
Bingkai isu-isu dengan cara yang tidak menghakimi netral. Mendapatkan kesepakatan mengenai isu-isu yang
akan dibahas. Menentukan urutan untuk membahas masalah. Mulailah dengan suatu
masalah di mana terdapat investasi yang tinggi pada bagian dari semua peserta,
di mana tidak ada perselisihan serius dan di mana ada kemungkinan kuat
perjanjian. Bergiliran menjelaskan bagaimana Anda melihat situasi. Peserta
harus didorong untuk menceritakan kisah mereka cukup detail bahwa semua orang
memahami sudut pandang yang disajikan.Gunakan mendengarkan secara aktif,
pertanyaan-pertanyaan terbuka dan fokus pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan.
Tahap kedelapan:
Mengungkap Kepentingan Tersembunyi, yaitu: Probe setiap masalah baik satu per
satu atau bersama-sama untuk mengidentifikasi minat, kebutuhan dan keprihatinan
para peserta utama dalam sengketa.
Mendefinisikan dan menjelaskan kepentingan sehingga semua peserta
memahami kebutuhan orang lain serta mereka sendiri.
Tahap kesembilan:
Hasilkan Pilihan untuk Penyelesaian, Mengembangkan kesadaran tentang kebutuhan
untuk pilihan dari yang untuk memilih atau membuat penyelesaian akhir. Tinjauan kebutuhan pihak yang berhubungan
dengan masalah. Menghasilkan kriteria atau standar-standar objektif yang dapat
membimbing diskusi penyelesaian. Carilah
kesepakatan secara prinsip. Pertimbangkan memecah masalah menjadi lebih kecil,
masalah lebih mudah dikelola dan menghasilkan solusi untuk sub-masalah.
Menghasilkan pilihan baik secara individual atau melalui diskusi bersama. Gunakan satu atau lebih prosedur berikut:
Memperluas kue sehingga manfaat yang meningkat untuk semua pihak. Kepuasan
alternatif sehingga masing-masing pihak memiliki / nya kepentingan puas tetapi
pada waktu yang berbeda. Perdagangan item yang dinilai berbeda oleh pihak.
Carilah integratif atau menang / menang pilihan. Brainstorm. Gunakan trial dan
generasi kesalahan beberapa solusi. Coba generasi diam di mana setiap individu
mengembangkan pribadi daftar pilihan dan kemudian menyajikan / nya ide untuk
negosiator lain. Gunakan kaukus untuk mengembangkan pilihan. Melakukan posisi / generasi pilihan posisi
kontra. Pisahkan generasi solusi yang mungkin dari evaluasi.
Tahap ke
sepuluh: Menilai Pilihan untuk Penyelesaian, yaitu: Review kepentingan para
pihak. Menilai bagaimana kepentingan dapat dipenuhi oleh pilihan yang
tersedia. Menilai biaya dan manfaat dari
memilih opsi.
Tahap ke
sebelas: Perundingan Akhir, yaitu: Memecahkan masalah akhir terjadi ketika:
Salah satu alternatif dipilih. Konsesi incremental dibuat dan pihak bergerak
lebih dekat bersama-sama. Alternatif
digabungkan atau disesuaikan menjadi solusi yang unggul. Paket pemukiman dikembangkan. Pihak membangun sarana prosedural untuk
mencapai kesepakatan substantif.
Tahap keduabelas:
Mencapai Penyelesaian Formal, Perjanjian dapat nota tertulis dari pemahaman
atau kontrak hukum. Rinci bagaimana penyelesaian yang akan dilaksanakan -
siapa, apa, dimana, kapan, bagaimana - dan menulis ke dalam perjanjian. Mengidentifikasi "bagaimana jika"
dan masalah melakukan pemecahan untuk mengatasi blok. Membentuk evaluasi dan
prosedur pemantauan. Meresmikan penyelesaian dan menciptakan mekanisme
penegakan dan komitmen: Kontrak Hukum
Performance bond. Yudisial meninjau. Administratif / eksekutif
persetujuan.
Dalam hal
negosiasi yang baik dapat pula menerapkan Strategi proses
negosiasi merupakan kunci kedua untuk mmenjamin suksesnya perebutan nilai.
Strategi ini dibagi menjadi 8 langkah, yaitu :
1. Tentukan tujuan utama negosiasi.
Menentukan tujuan
utama akan membawa kita kepada arahan negosiasi. Tujuan menjelaskan
kepada kita mengenai apa yang hendak kita perjuangkan, bahan-bahan apa yang
relevan untuk kita bawa ke meja negosiasi dan bahan-nahan apa yang tidak
relevan, lalu apa yang kita inginkan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Pelajari segala hal tentang pihak lawan
Dalam taktik perang
klasik bangsa Cina oleh Jendral Perang Sun Tzu, untuk memenangkan pertempuran
harus dipastikan penguasaan 3 hal, yaitu ukur sampai dimana batas kemampuan
diri sendiri, pelajari sampai dimana batas kekuatan lawan dan pahamilah kondisi
lapangan medan perang. Taktik tersebut bisa menjadi masukan yang baik.
3. Tentukan garis dasar.
Langkah selanjutnya
adalah menentukan garis besar. Apakah garis dasar itu? Dia adalah tawaran
terakhir yang kita lepaskan, yang berupa titik toleransi terakhir dimana anda
akan melepas negosiasi. Apabila hasil negosiasi jatuh dibawah garis dasar ini,
berarti kita telah gagal / kalah dalam bernegosiasi, yang artinya keadaan
setelah bernegosiasi justru lebih buruk dibandingkan dengan sebelum
bernegosiasi.
4. Tentukan titik keberangkatan.
Setelah garis dasar,
kemudian tentukan titik keberangkatan. Titik keberangkatan yang dimaksud adalah
tuntutan awal yang akan kita keluarkan pertama kali di awal negosiasi.
Titik keberangkatan ini merupakan maximal point. Tentukan titik
keberangkatan
5. Libatkan variabel sebanyak mungkin
Apa yang dimaksud
dengan variable dalam bernegosiasi? Yaitu tawaran yang kita persiapkan untuk
memenangkan tuntutan kita.
n semaksimal mungkin.
6.
Persiapkan hal-hal teknis tim / personel
Sebelum maju ke meja perundingan,
hal-hal teknis perlu dipersiapkan. Hal-hal tersebut seperti :
a.
Tanyakan sampai di mana batas kewenangan negosiator.
b.
Siakan tim yang tepat.
c.
Lakukan briefing untuk menyamakan persepsi.
d.
Dsb.
Mengenai personel
negosiator, sebaiknya memenuhi kriteria standar di bawah ini :
a.
Tenang dan tidak emosional.
b.
Terampil mengemukakan pikiran / pandangan.
c.
Pendengar yang baik
d.
Tidak mudah frustasi dan stress.
7.
Jangan melakukan tawar menawar ataupun permohonan, tetapi lakukanlah
pertukaran.
Anda
tidak ingin melakukan sesuatu tanpa imbalan bukan? Tapi begitu banyak orang
yang mengabaikan prinsip ini. Mereka hanya mengajukan permohonan dan membiarkan
diri mereka dikalahkan. Jangan pernah melakukan permohonan atau tawar menawar,
tetapi lakukanlah pertukaran.
8.
Setujui semuanya atau tidak sama sekali.
Seringkali
negosiasi tidak merundingkan satu kasus saja, namun bisa lebih dari satu kasus
dan mungkin saja saling berhubungan. Apabila anda telah menyelesaikan satu
kasus, jangan terburu-buru menyetujuinya.Katakanlah bahwa anda akan mencatat
terlebih dahulu, kemudian tanyakanlah apakah ada hal lain yang ingin
disampaikan/dinegosiasikan
Tokoh politik yang
menerapkan strategi diatas adalah Amin Rais yaitu pada saat gusdur dianggap netral
untuk menghindari deadlock dalam pemilu saat partai politik PDI Perjuangan
Megawati memenangkan pemilu yang oleh karena dianggap tidak akan diterima
seorang presiden wanita saat itu, lalu adanya poros tengah yang dipimpin oleh
Amin Rais memilih Gusdur Ilustrasi faktual adalah ketika Gusdur menjadi
Presiden. Pada saat itu terjadi masalah dalam menentukan pemerintahan transisi
era reformasi. Begitu pula sebagai seorang presiden, Gusdur juga menggunakan
negosiasinya dimana dia harus mampu menegosiasikan berbagai masalah termasuk
menentukan Wakil Presiden dan Kabinetnya. Gusdur mampu menjinakkan kegaduhan
politik yang terjadi karena Gusdur mampu menegosiasikan pilihan Wakil Presiden
dengan Megawati dan kabinetnya dengan berbagai pihak. Proses negosiasi yang
dilakukan oleh Gusdur dengan pihak lain adalah sebuah contoh negosiasi yang
menjadi jawaban semua pihak sehingga terjadi win win solution.
Soal
no 3
Ahli negosiasi yang
bernama Roger Dawson membagi teknik negosiasi ke dalam 4 kelompok, yaitu:
a.
Taktik babak awal (6 taktik)
b.
Taktik babak tengah (7taktik)
c.
Taktik babak akhir ( 5 taktik)
d.
Taktik tidak etis (7 taktik)
Berikan msing masing
kelompok satu ilustrasi factual dari dunia politik, kemudian gunakan satu
taktik dari masing-masing kelompok untuk menganalisis masalah tersebut.
Asumsikan bahwa anda adalah politisi yang sedang bernegosiasi dengan politik
lain.
Jawaban:
a.
Taktik Babak Awal
Taktik
yang akan saya pakai sesuai teori Roger Dawson adalah menghindari negosiasi
yang konfrontatif.Contoh kasus: dalam dunia politik biasa terjadi perselisihan
dalam menggolkan sebuah kebijakan dalam organisasi. Masing-masing pihak akan
bertahan dalam rangka membela kepentingannya terhadap kebijakan yang akan
digolkan tersebut. Saya sebagai seorang politikus akan menggunakan taktik babak
awal yaitu ‘menghindari negosiasi yang konfrontatif’. Hal ini saya lakukan
untuk menemukan sebuah solusi tanpa harus menciptakan ‘musuh’ tetapi
kepentingan saya dan lawan saya bisa tercapai. Saya akan berusaha untuk
memahami tujuan/kepentingan lawan saya kemudian melakukan negosiasi untuk
menemukan jalan tengah yang bisa menjadi win win solution kedua belah pihak,
yaitu:
1). Mintalah lebih dari yang anda
harapkan. 2). Jangan pernah katakana ya terhadap tawaran pertama. 3). Melakukan
flinch terhadap profosal. 4). Reluctant seller dan reluctant buyer 5). Gunakan
vise technique
b. Taktik Babak Tengah
Menghindari
deadlock adalah salah satu taktik yang akan saya pakai dalam taktik babak
tengah ini. Dalam masalah yang saya hadapi dalam yang saya contohkan diatas,
saya sebagai seorang politikus akan menggunakan taktik babak tengah yaitu
‘menghindari deadlock’. Ini saya lakukan apabila terjadi kemandekan dalam negosiasi
yang saya lakukan dengan pihak lawan saya. Saya akan menghadirkan pihak ketiga
yang saya dan pihak lawan sebagai orang yang netral dan kompeten dalam
menangani deadlock ini. Saya dan pihak lawan harus mampu berpikir obyektif
terhadap permasalahan yang kami hadapi. Sebagai mediator, pihak ketiga harus
mampu memberikan solusi tengah yang mampu menciptakan win win solution untuk
kami. Untuk : 1). Menghadapi seseorang yang tidak memiliki wewenang memutuskan.
2). Penurunan nilai jasa. 3). Jangan pernah member tawaran splitting the
difference. 4). Menangani impasse. 5). Menangani stalemate. 6). Menangani
deadlock. 7). Mintalah selalu trade-off
b.
Taktik Babak Akhir
Meruncingkan konsesi taktik dimana
kita berusaha mempertahankan konsesi kita.
Pada kasus diatas ketika saya berhadapan langsung untuk melakukan negosiasi dengan pihak lawan saya, saya tidak akan dengan mudah menurunkan konsesi sehingga lawan saya dengan mudah bisa menebak kelemahan saya. Ini sesuai dengan taktik babak akhir yaitu bagaimana meruncingkan konsesi. Saya akan berusaha menciptakan suasana dimana pihak lawan saya merasa nyaman dengan saya dan berusaha memposisikan diri saya sehingga dia percaya kepada saya bahwa saya adalah seorang yang mampu menjadi seorang pemecah masalah dalam mengatasi masalah diatas, yaitu : 1). Good guy/bad guy. 2). Nibbling. 3). Bagaimana meruncingkan konsesi. 4). Gambit menarik kembali penawaran.5). Positioning for easy acceptance.
Pada kasus diatas ketika saya berhadapan langsung untuk melakukan negosiasi dengan pihak lawan saya, saya tidak akan dengan mudah menurunkan konsesi sehingga lawan saya dengan mudah bisa menebak kelemahan saya. Ini sesuai dengan taktik babak akhir yaitu bagaimana meruncingkan konsesi. Saya akan berusaha menciptakan suasana dimana pihak lawan saya merasa nyaman dengan saya dan berusaha memposisikan diri saya sehingga dia percaya kepada saya bahwa saya adalah seorang yang mampu menjadi seorang pemecah masalah dalam mengatasi masalah diatas, yaitu : 1). Good guy/bad guy. 2). Nibbling. 3). Bagaimana meruncingkan konsesi. 4). Gambit menarik kembali penawaran.5). Positioning for easy acceptance.
d.Taktik tidak etis
The Decoy adalah Taktik ini bisa
saya lakukan untuk memecahkan masalah yang saya contohkan diatas. Sebagai
seorang negosiator, saya harus mampu menciptakan isu baru yang mampu
mengalihkan isu awal yang menjadi bahasan utma apabila pihak lawan tidak bisa
memahami kebutuhan saya. Yaitu:1). The decoy. 2). Red herring. 3). Cherry picking. 4). Deliberate mistake.
5). The default. 6). Escalation. 7). Planted information.
Ilustrasi
factual pada taktik awal dalam hal ini adalah : 1) Mintalah lebih dari yang
anda harapkan. Jika kita melakukan negosiasi harus melebihi titik dasar 2).
Jangan pernah katakana ya terhadap tawaran pertama, artinya janganlah mengambil
keputusan pada saat tawaran pertama karena sesuatunya kemungkinan dapat berubah
. 3). Melakukan flinch terhadap profosal ini untuk menjatuhkan mental lawan
yang seolah-olah terkejut dengan tawarannya. 4). Reluctant seller dan reluctant
buyer yaitu menentukan tawaran naik sedikit untuk sipembeli dimana lawan yang
kita nego berharap menurunkan harganya 5). Gunakan vise technique yaitu
melakukan teknik-teknik yang berlaku umum.
Taktik
Babak Tengah dimana unsurnya terdiri dari: 1). Menghadapi seseorang yang tidak
memiliki wewenang memutuskan, ini perlu dihindari karena tidak aka nada
keputusan yang pasti. 2). Penurunan nilai jasa yaitu minta penurunan nilai
untuk dapat mengerti harga yang akan ditetapkan atau diputuskan. 3). Jangan
pernah member tawaran splitting the difference. 4). Menangani impasse. 5).
Menangani stalemate. 6). Hindari terjadinya Menangani deadlock. 7). Dengan
Mintalah selalu trade-off. Dengan memulai meminta yang lebih
tinggi dari dari harapan kita akan memberi ruang untuk di negosiasikan dan
menghindari dead lock. Namun yang terpenting dari strategi ini adalah
menciptakan suasana pihak lawan merasa bahwa ia menang walaupun sebenarnya harga
ditawarkan oleh lawan masih diatas harapan kita. Jangan pernah katakan ya pada
tawaran pertama atau tawaran balasan dari pihak lawan Kata ”ya” ini secara
otomatis memunculkan dua pendapat di pihak lawan bahwa seharusnya bisa lebih
baik lagi atau ada sesuatu yang tidak beres.
Cara
yang dilakukan adalah dengan menampakkan reasi tergoncang dan terkejut dengan
proposal lawan. Dengan demikian pihak lawan akan merasa bahwa apa yang mereka
tawarkan lebih tinggi dari harapan kita sehingga mereka akan menurunkan posisi
tawarnya. apabila ternyata dari negosiasi pihak lawan merasa nyaman tidak
merasa kalah terhadap kita, buat konsensi kecil pada saat-saat terakhir dan
selalu berikan ucapan selamat kepada pihak lawan setelah anda selesai
bernegosiasi, meskipun menurut anda pihak lawan buruk
Dalam
melakukan negosiasi, sabar dan menjadi pendengar yang baik akan menjadi bekal
yang berharga untuk menjadi seorang negotiator yang menginginkan hasil
negosiasi menang-menang. Hanya menjadi seorang pendengar yang baik dapat mengetahui
kebutuhan–kebutuhan pihak lawan yang sesungguhnya dalam sebuah negosiasi.
Teknik
babak akhir yaitu :1). Good guy/bad guy disini seolah-olah membuat tawaran
serendah mungkin. 2). Lalu diteruskan nibbling. 3). membuat bagaimana
meruncingkan konsesi. 4). Lakukan gambit menarik kembali penawaran.5). dan
mengatur positioning for easy acceptance.
Taktik
tidak etis The Decoy adalah merupakan teknik yang dilakukan dengan :1). The
decoy. 2). Red herring. 3). Cherry
picking. 4). Deliberate mistake. 5). The default. 6). Escalation. 7). Planted
information. Dengan demikian, sejak negosiasi melibatkan lintas
negara maka pengetahuan budaya dan bahasa pihak lawan menjadi nilai lebih
seorang negosiator.
Selain
itu dengan bekal penguasaan teknik dan pengetahuan serta pengalaman
bernegosiasi akan membuat seorang negosiator menjadi andal dalam benegosiasi.
Kita sadari, untuk mencapai cita-cita tersebut buka pekerjaan yang mudah karena
banyak hal yang harus dipelajari dan juga membutuhkan jam terbang yang tinggi.
Namun dengan kemauan yang keras disertai dengan motivasi yang tinggi untuk
meningkatkan kapabilitas terhadap bidang-bidang yang menjadi tugasnya dan juga
pengetahuan terkait dengan kemampuan bernegosiasi yang baik diharapkan akan
membawa manfaat yang besar bagi keberhasilan suatu perundingan.
Di
sisi lain, koordinasi yang lemah antar instansi terkait yang selama ini
dituding sebagai hambatan Indonesia dalam bernegosiasi harus sedikit demi sekit
dikikis habis. Sudah saatnya dibentuk tim perunding tetap yang dipilih dari
pakar masing-masing instansi yang secara periodik rutin bertemu untuk mereview
posisi terbaik bagi Indonesia. Masukan-masukan dari ”stakeholder” (kalangan
baik akademisi, pengusaha, petani, KADIN, LSM, asosiasi-asosiasi dan lain-lain)
yang diperkirakan akan terkena dampak dari hasil negosiasi, sangat berharga
dalam penyusunan posisi Indonesia.
Dengan
demikian ke depan, akan dihasilkan tim perunding yang solid untuk menghadapi
tantangan meja perundingan baik di tataran bilateral, regional dan
multilateral. Yuk kita senantiasa satukan langkah dan pikiran kita untuk
berjuang demi hari esok yang lebih baik.
Referensi :
Brooks,
W. Speech communication. 2an ed. Dubuque, Brown, 1975.
Cohen, H. You can negotiate anything. Secaucus, Lyle Stuart, 1980.
Fisher, R. and W. Ury. Getting to yes. London, Hutchinson,1983.
Monroe, A, and D. Ehninger. Principles and types of speech. 6th ed. Glenview; Scott, Foresman, 1967.
Nierenberg, G. The Art of negotiating. New York, Simon and Schuster, 1976.
Pinnells, J. Writing: Process and structure. New York Harper, 1988.
United Nations Conference on Trade and Development. Handbook on the acquisition of technology by developing countries. New York, UNCTAD, 1978.
Warschaw, T. Winning by negotiation. New York, McGraw, 1980.
Zunin, L. contact: The first four minutes. London, Franklin, 1972.
Pouliot, Janine S. Eight Steps To Success In Negotiating. ; importance of business negotiating. Nation’s Business. 1999.
Prijosaksono, Aribowo Roy Sembel. Negosiasi. The Indonesia Learning Institute, Indonesia. 1999
Brodow’s, Ed. Ten Tips for Successful Negotiating:. Negotiate With Confidence, PBS, Negotiation Boot Camp. 1996
Bragg, Terry. The Manager as Negotiator: Ten Secrets for Success.2000
Cohen, H. You can negotiate anything. Secaucus, Lyle Stuart, 1980.
Fisher, R. and W. Ury. Getting to yes. London, Hutchinson,1983.
Monroe, A, and D. Ehninger. Principles and types of speech. 6th ed. Glenview; Scott, Foresman, 1967.
Nierenberg, G. The Art of negotiating. New York, Simon and Schuster, 1976.
Pinnells, J. Writing: Process and structure. New York Harper, 1988.
United Nations Conference on Trade and Development. Handbook on the acquisition of technology by developing countries. New York, UNCTAD, 1978.
Warschaw, T. Winning by negotiation. New York, McGraw, 1980.
Zunin, L. contact: The first four minutes. London, Franklin, 1972.
Pouliot, Janine S. Eight Steps To Success In Negotiating. ; importance of business negotiating. Nation’s Business. 1999.
Prijosaksono, Aribowo Roy Sembel. Negosiasi. The Indonesia Learning Institute, Indonesia. 1999
Brodow’s, Ed. Ten Tips for Successful Negotiating:. Negotiate With Confidence, PBS, Negotiation Boot Camp. 1996
Bragg, Terry. The Manager as Negotiator: Ten Secrets for Success.2000
Creighton,
James L., Jerome Delli Priscoli dan C. Mark Dunning, Keterlibatan Publik dan Resolusi Sengketa - Volume 1: Sebuah Pengalaman
Pembaca Sepuluh Tahun di Institut Sumber Daya Air, US Army Engineers
Institut Sumber Daya Air, IWR Laporan Penelitian 82 - R-1, edisi asli 1982,
dicetak ulang 1998.
Edelman,
Lester, Frank Carr, dan James L. Creighton), Mini-Trial, US Army Engineers Institut Sumber Daya Air, Fort
Belvoir, Virginia, Resolusi Sengketa Alternatif Seri, Pamflet # 1, 1989.
Lancaster,
Charles L., ADR Roundtable, US Army
Engineers Institut Sumber Daya Air, IWR Kertas Kerja 90-ADR-WP-1, 1990.
Potapchuk,
William R., James H. Laue, dan John S. Murray, Mendapatkan untuk Tabel: Sebuah Panduan untuk Manajer Senior, US
Army Engineers Institut Sumber Daya Air, IWR Pamflet 90-ADR-WP-3, 1990.
Carr,
Frank; James L. Creighton, dan Charles Lancaster, Non-Binding Arbitrase, US Army Engineers Institut Sumber Daya Air,
Fort Belvoir, Virginia, Resolusi Sengketa Alternatif Seri, Pamflet # 2, 1990.
Edelman,
Lester, Frank Carr, dan James L. Creighton), Bermitra, US Army Engineers Institut Sumber Daya Air, Fort Belvoir,
Virginia, Resolusi Sengketa Alternatif Seri, IWR Pamflet 91-ADR-P-4, 1991.
Podziba,
Susan L., Menentukan Apakah atau Tidak
Proyek Kecil Mitra, US Army Institute For Engineers Sumber Daya Air, IWR
Pamflet 95-ADR-P-6, 1995.
Creighton,
James L. dan Jerome Delli Priscoli, Tinjauan
Resolusi Sengketa Alternatif: Sebuah Buku Pegangan untuk Manajer Corps, US
Army Engineers Institut Sumber Daya Air, IWR Pamflet 96 - ADR-P-5, 1996.
Langton,
Stuart, An Organizational Assessment of
the US Army Corps of Engineers in regard to Public Involvement Practices and
Challenges , US Army Engineers Institute for Water Resources, IWR Working
Paper 96-ADR-WP-9, 1996.
Creighton,
James L., Jerome Delli Priscoli, C. Mark Dunning, and Donna B. Ayres , Public Involvement and Dispute Resolution
– Volume 2: A Reader on the Second Decade of Experience at the Institute for
Water Resources, US Army Engineers Institute for Water Resources, IWR
Report 98-R-5, 1998.
Creighton,
James L., Partnering Guide for Civil
Missions , US Army Engineers Institute for Water Resources, IWR Pamphlet
98-ADR-P-7, 1998.
Other Related IWR Documents
Yoe,
Charles E. and Kenneth D. Orth, Planning
Manual , US Army Engineers Institute for Water Resources, IWR Report
96-R-21, 1996.
Orth,
Kenneth D. and Charles E. Yoe, Planning
Primer , US Army Engineers Institute for Water Resources, IWR Report
97-R-15, 1997.
IWR Case Study Series:
Susskind,
Lawrence, Susan L. Podziba, and Eileen Babbitt, Tenn Tom Constructors, Inc.
USACE IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-1, 1989.
Susskind,
Lawrence, Susan L. Podziba, and Eileen Babbitt, Granite Construction Company,
USACE IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-2, 1989.
Susskind,
Lawrence, Susan L. Podziba, and Eileen Babbitt, Olsen Mechanical and Heavy
Rigging, Inc., USACE IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-3, 1989.
Susskind,
Lawrence, Susan L. Podziba, and Eileen Babbitt, Bechtel National, Inc., USACE
IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-4, 1989.
Susskind,
Lawrence, Susan L. Podziba, and Eileen Babbitt, Goodyear Tire and Rubber Co.,
USACE IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-5, 1989.
Moore,
Christopher W., Corps of Engineers Uses Mediation to Settle Hydropower
Disputes, USACE IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-6, 1991.
Susskind,
Lawrence, Eileen Babbitt, and David Hoffer, Brutoco Engineering and
Construction, Inc., USACE IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-7, 1989.
Susskind,
Lawrence, Eileen Babbitt, and David Hoffer, Bassett Creek Water Management
Commission, USACE IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-8, 1989.
Susskind,
Lawrence, Eileen Babbitt, and David Hoffer, General Roofing Company, USACE IWR,
IWR Case Study 89-ADR-CS-9, 1992.
Podziba,
Susan L., Small Projects Partnering: The Drayton Hall Streambank Protection
Project, , USACE IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-10, 1994.
Lancaster,
Charles L., The J6 Partnering Case Study: J6 Large Rocket Test Facility, USACE
IWR, IWR Case Study 89-ADR-CS-11, 1994.
Other Useful Materials
Administrative
Conference of the United States, Negotiated
Rulemaking Sourcebook , Administrative Conference of the United States,
1990.
Creighton,
James L., SYNERGY Citizen
Participation/Public Involvement Skills Course , SYNERGY Consultation
Services, Palo Alto, CA, first edition 1972. [This course served as the Corps “basic” public participation course
for a number of years.]
Creighton,
James L., Public Participation in the
Planning Process: Executive Seminar Workbook, US Army Engineers Institute
for Water Resources, 1976.
Creighton,
James L., Advanced Course: Public
Involvement in Water Resources Planning, US Army Engineers Institute for
Water Resources, Fort Belvoir, Virginia. 1977.
Revised 1982.
Creighton,
James L., Public Involvement in Corps
Regulatory Programs: Participant's Workbook , US Army Engineers Institute
for Water Resources, Fort Belvoir, Virginia, 1980.
Creighton,
James L., Public Involvement Manual ,
US Department of the Interior, (US Government Printing Office: 024-003-00139-2), 1980.
Creighton,
James L., The Public Involvement Manual
, Abt Books/University Press, Cambridge, Mass., 1981.
Creighton,
James L., Social Impact Assessment:
Participant's Workbook , US Army Engineers Institute for Water Resources,
Fort Belvoir, Virginia, 1982.
Creighton,
James L., ICUZ Community Involvement
Manual , US Army Training and Doctrine Command, Fort Monroe, Virginia,
1984.
Creighton,
James L., Public Involvement Guide ,
Bonneville Power Administration, US
Department of Energy, Portland, Oregon, 1985.
Creighton,
James L., Managing Conflict in Public
Involvement Settings: Participant's Workbook, Creighton & Creighton,
Los Gatos, CA, 1985. Training course prepared for the Bonneville Power
Administration.
Creighton,
James L., John AS McGlennon, and Peter Schneider, Building Consensus through Participation and Negotiation, Edison
Electric Institute, Washington DC, 1986.
Creighton,
James L., Involving Citizens in
Community Decision Making , National Civic League: Program for Community
Problem Solving, 1 st Edition 1992, 2 nd edition 2001.
Creighton,
James L. and Lorenz Aggens ),
Environmental Managers' Handbook on Public Involvement, US Army Engineers
Institute for Water Resources, Fort Belvoir, Virginia, unpublished, 1994.
Creighton,
James L., Building a Public Involvement
Strategy for the North Pacific Division of the US Army Corps of Engineers ,
a report to the North Pacific Division, US Army Corps of Engineers, Portland,
OR, 106 pgs. 1994.
Creighton,
James L. (written with an EPA stakeholder advisory group) Project XL Stakeholder Involvement: A Guide for Project Sponsors and
Stakeholders, US Environmental Protection Agency, 1999, EPA 100-F-99-001,
March 1999 [http://www.epa.gov/ProjectXL].
Creighton,
James L., How to Design a Public
Participation Program , Office of Intergovernmental and Public
Accountability, US Department of Energy (EM-22), June 1999
[http://www.em.doe.gov/ftplink/em22/doeguide.pdf].
Creighton,
James L., Managing Public Participation
, US Department of Energy, 1999. Training
course conducted throughout the DOE complex nationally.
Creighton,
James L., Communicating With the Public
, US Department of Energy, 1999. Training
course conducted throughout the DOE complex nationally.
Grey,
Barbara, Collaborating: Finding Common
Ground for Multiparty Problems , Jossey-Bass Publishers, 1991.
Herrman,
Margaret S., Resolving Conflict:
Strategies for Local Government , International City/County Management
Association, 1994.
Moore,
Christopher W., Natural Resource Conflict
Management , ROMCOE, Center for Moore, Christopher W., and Jerome Delli
Priscoli, The Executive Seminar on
Alternative Dispute Resolution (ADR) Procedures , US Army Engineers
Institute for Water Resources, 1989.
Moore,
Christopher W., The Mediation Process:
Practical Strategies for Resolving Conflict , Jossey-Bass Publishers, 1986.
Sanoff,
Henry, Community Participation Methods
in Design and Planning , John Wiley & Sons, 2000.
Susskind,
Lawrence, Sarah McKearnan, and Jennifer Thomas-Larmer, The Consensus Building Handbook: A Comprehensive Guide to Reaching
Agreement, Sage Publications, 1999.
Susskind,
Lawrence and Ole Amundsen. Mashiro Matsuura, Marshall Kaplan, and David Lampe, Using Assisted Negotiation to Settle Land
Use Disputes: A Guidebook for Public Officials , Island Press, 2000.